Cari Blog Ini

Kamis, 27 Desember 2018

Menulis?

Menulis, bagiku merupakan tempat terindah untuk mencurahkan segala keluh kesahku selama ini. Tidak peduli apakah tulisanku ini akan mampu mengubah segala hati yang telah membatu.
Menulis, bagiku merupakan sebuah substansi yang tak mampu lepas dari segala ide-ide liar di dalam benakku. Mencoba terus menikmati ide-ide yang lahir tak biasa sampai tak terduga.
Menulis, dengan segala guratan dan coretan, menghapus segala macam kebencian dan kekesalanku terhadap dunia fana ini. Mencoba mengukir cerita-cerita yang mampu menjadi sebuah legenda tak terlepas dari waktu yang terus bergulir.

Pada akhirnya, Allah yang akan menentukan tulisan abadi dalam Lauh Mahfudz. Segala hati yang membatu akan segera mengeras atau melapuk. Segala ide yang keluar akan segera terwujud atau menyimpan sebuah konsep. Segala cerita-cerita ini akan menjadi sebuah cara kecil untuk mewarnai ufuk-ufuk kegelapan dan kesuraman.

Menulis bukan untuk membenci. Menulis hanyalah sarana kecil untuk berubah menjadi lebih baik. Biarkanlah semesta terus membaca dan melantukan tulisanmu, dan Allah akan selalu mendengar segala jeritan hatimu.

#SupportInitiator
#UnifyingUniverse


=====
Jangan lupa add akunku yang lainnya ya =)
FB: facebook.com/ridhospasop
Fanpage: facebook.com/ridhopasopati
Twitter: twitter.com/ridhos_pasop
Ask.fm: ask.fm/ridhos_pasop
Instagram: instagram.com/ridhos_pasop
Line: @ridhos_pasop
OA: @yjs6997c

Blog: ridhospasop.blogspot.com
Project: rhotchiproduction.blogspot.com

Senin, 24 Desember 2018

Jutaan Asa Mewarnai Semesta

"Ribuan mimpimu akan kuwujudkan dengan ribuan caraku menghasilkan jutaan cahaya yang menghias angkasa." - Amri

Cerita ini diatur pada tahun 2029 di negara Kagan, negara dengan sumber daya yang melimpah namun kalah dalam teknologi untuk mengelola negaranya. Dua bersaudara kembar, Amir dan Amri, adalah salah dua dari mahasiswa yang beruntung menuntaskan pendidikan awal (setara sarjana) di universitas dengan cepat. Mereka berdua sangat mirip. Namun, keduanya dibedakan oleh idealisme. Amir adalah seorang jenius yang ingin menciptakan teknologi otomatis dan riset sehingga ia memilih untuk mengambil kuliah lanjutan (setara magister). Berbeda dengan Amir, Amri adalah seorang jenius yang memiliki kecakapan tinggi dengan teknologi sehingga dia memilih untuk bekerja pada perusahaan di bidang produksi teknologi. Meskipun mereka berdua memiliki ketertarikan pada teknologi, mereka memiliki satu tujuan yang sama: membangun negara Kagan menjadi negara paling maju.

Cerita ini dimulai dari obrolan Amri kepada Amir, "untuk apa kamu menggantungkan mimpi di angkasa jika kamu tidak memiliki angkasa?" Hubungan saudara antarkeduanya pun lenyap. Amir memilih untuk mencari cara agar semua mimpinya dapat terwujud, sedangkan Amri memilih untuk mencari mimpi agar semua caranya terwujud. Di masa perkuliahan lanjutnya, Amir bertemu dengan calon pemimpin, calon penulis, calon teknisi, calon riset, dan bahkan dia bertemu dengan sahabat karibnya yang memiliki ketertarikan yang sama, Krudgar. Sedangkan Amri bertemu dengan rekan kerjanya yang mulai tidak menyukai kerja di perusahaan yang ia tempati. Semuanya berubah ketika Amri mengetahui bahwa Amir telah menjadi bintang di langit. Dia pun menemukan buku catatan peninggalan Amir.

Apakah Amir pergi karena usia? Keputusan apa yang dilakukan Amri setelahnya?

Bismillah semoga novel ini bisa terwujud. Dukungan dan doa dari teman-teman semuanya dapat mempermudah pembuatan novel ini. Beberapa preview akan ditulis pada blog saya, yaitu ridhopasopati.wordpress.com atau ridhospasop.blogspot.com

Semoga novel saya menginspirasi teman-teman semuanya. #UnifyingUniverse
#SupportInitiator

Note: masih dibutuhkan orang yang bisa bikin cover novel.

Sabtu, 15 Desember 2018

Love-Hate Relationship

Jika Allah dapat mengambil sesuatu yang kamu yakini tidak akan pernah hilang, maka Allah juga dapat memberikanmu sesuatu yang kamu yakini tidak pernah dapat. - Kamu

Allah selalu memberikan sebuah peringatan kepada hamba-Nya dengan cara yang unik. Mungkin saja kita meleleh ketika mendengar seseorang membaca Al-Quran. Mungkin saja kita meleleh ketika seseorang berbuat baik kepada kita. Bahkan mungkin saja seperti aku, dibalikkan hatinya pada seseorang yang dulu aku sangat benci.

Cerita ini memang berdasarkan fakta dan diambil dengan sudut pandang penulis (atau saya sendiri) dan tidak akan dijelaskan secara detil dari nama orang yang terlibat sampai kegiatan detil yang kami lakukan. Misalkan orang yang bersangkutan merasa tersinggung, saya mohon maaf.

Dulu aku membenci seseorang. Apakah dia seorang muslim? Ya. Apakah seorang muslim yang taat? Mungkin, meskipun aku pernah melihat beberapa kali dia pernah keluar ketika adzan terdengar. Apakah dia seorang yang pandai? Ya. Apakah dia seorang yang rupawan? Sedikit. Namun, beberapa orang berkata bahwa dia memang rupawan. Apakah dia seorang yang baik? Benar. Bahkan teman dekatnya dan beberapa orang yang selalu bekerja sama dengannya mengatakan demikian. Oke apakah aku membencinya karena kesempurnaannya? Bukan! Justru aku senang dengan semua kesempurnaannya. Orang dengan kekurangan sebesar alam semesta saja masih aku terima, apalagi dengan orang yang sesempurna ini.

Namun, ada satu hal yang paling aku benci darinya. Hal tersebut adalah prasangkanya terhadapku.

Salah satu hal bodoh yang pasti kalian pikirkan ketika mendengar ceritaku ini adalah mengapa seorang perfect seperti dia bisa dibenci karena prasangkanya? Ya, benar. Prasangka bukanlah sebuah hal yang main-main. Misalkan saja kamu berbuat sebaik apapun, ketika prasangka orang terhadapmu buruk, apa yang kamu lakukan? Prove itUseless! Bahkan kamu memberinya uang berapapun tidak akan mengubah prasangkanya. Dia akan terus mencari salahmu dan terus bertahan dengan prasangka itu. Hal itulah yang membuatku tidak nyaman dan bahkan menjauh darinya. Jika kamu pikir menjauhku adalah tidak berada pada radius dekat, berarti prasangkamu adalah sebuah kekeliruan akut yang kamu pernah utarakan. Melihatnya, mencium parfumnya, menyentuh dia atau auranya, mendengar namanya atau suaranya, bahkan mengucap namanya yang sungguh mulia dan sakral saja membuat hatiku gusar. Ih kenapa sih orang kek dia hidup di muka bumi? Mungkin hatiku sering bergumam dengan perkataan ini. Namun, itu adalah fakta yang selama ini aku sembunyikan karena memang aku tidak ingin benci ini menjadi sebuah musuh. Sebenci-bencinya diriku terhadap orang lain, tetap saja aku ingin berteman dengannya.

Sayangnya benci ini kemudian menjadi semakin besar dan memuncak ketika mengetahui prasangkanya semakin memburuk. Bahkan beberapa keputusan tidak rasional pun aku ambil hanya untuk mengamankanku dari jerat "musuh". Akhirnya aku selalu tertawa lepas ketika aku berhasil mengalahkannya dan membuatnya sedih. Berapa kali dia sedih? Berkali-kali. Bahkan aku tidak pernah berhenti membuatnya sedih. Andai saja dia seorang wanita, mungkin saja aku tidak pantas menjadi seorang suami terhebat karena melukai wanita saja semudah itu. Benar, setiap tulisan yang aku torehkan kala itu hanyalah berisi kebencianku padanya dan mungkin saja tidak ada manusia yang mampu mengobati ini. Bahkan kami betah untuk tidak pernah bertemu selama beberapa siang. Andai saja kami berdua memiliki identitas yang sama, pertemuan adalah hal yang sangat mudah. Beberapa siang tidak pernah bertemu, apakah kami seidentitas? Kurasa tidak!

Akhirnya benar bahwa Allah mudah sekali membalikkan hati manusia. Kun fayakun, sekejap dalam sehari saja perasaan sukaku saat itu hilang dan berganti dengan orang lain. Orang lain tersebut adalah dia, orang yang paling aku benci. Mustahil? Ya. Kebencian yang memuncak dan sampai kata tidak akan memaafkan sedikitpun kesalahannya sudah merupakan benci paling akut. Namun, Allah mudah sekali menghapus rasa itu. Hari itu juga aku langsung mencintai dia dan menuliskan namanya di buku jurnal ini. Seberapa cinta? Bahkan cintaku selama ini kepada manusia selain keluargaku kalah dengan cintaku padanya. Hal yang paling tidak mungkin adalah aku sudah menganggap dia sebagai salah satu anggota keluargaku. Di saat itu juga semua prasangkaku dan amarahku berubah menjadi lunak dan memahami keadaannya. Perlahan aku mulai mendekatinya, namun tetap menjaga jarak dengannya. Sesekali aku tidak ingin melihat wajahnya, namun tetap saja hati ini ingin melihat senyumnya dan parasnya. Apakah dia seseorang yang termanis sehingga otak ini mampu merekam segala lekuk senyum dan cerah mukanya? Mungkin. Setiap kali hati ini bergumam, teringat sebuah niat untuk segera mengakhiri penderitaan ini. Bahkan dia selalu bercerita tentang baiknya dia dan pintarnya dia.

Salah satu perkataan seseorang yang selalu dikutip oleh salah satu orang yang kucintai adalah quote di atas. Ternyata Allah mampu memberikan sesuatu yang tidak aku yakini akan mendapatkannya. Dia, orang yang jelas-jelas aku benci, ternyata menjadi orang yang dapat mengubah hampir segala bagian perilaku dan kelakuanku. Dulu aku seseorang yang suka bercanda dan suka nyeleneh ketika berkomunikasi, sekarang menjadi seseorang yang serius dan jelas. Sekarang hidup dan sifatku mulai berubah. Semakin hari terlewati, semakin diriku mendekat kepada Allah. Aku yakin, Allah yang menguasai hati manusia. Aku yakin dan pasti Allah yang mampu menguasai dan membalikkan perasaan manusia.

Pada akhir kalam, aku tidak merasa memilikinya lagi. Benci tidak, suka pun tidak. Allah mengambil semua rasaku kepadanya karena aku yakin rasa ini tidak akan pernah hilang. Quote di atas adalah koentji. Aku menulis sebuah pesan kepada alam, terutama padanya. Aku takut jika dia mulai membenci diriku dengan keputusannya. Berhentilah untuk mencintai atau membenci lebih dari batasmu! Berurusan dengan Allah bukan perkara main-main. Ketika Allah membalikkan hatimu, sudahlah usai segala rencanamu serta harapanmu dan mulailah penyesalan datang menghampirimu. Janganlah terlalu membenci atau mencintai! Allah mudah memainkan hati manusia. Ketika kamu jatuh terlalu dalam, cobalah untuk segera ke permukaan dan kembalilah mengingat asma-Nya.

Allah Maha Mengetahui dan Allah Maha Menguasai, terlebih hati manusia.

#UnifyingUniverse
#SupportInitiator

=====
Jangan lupa add akunku yang lainnya ya =)
FB: facebook.com/ridhospasop
Fanpage: facebook.com/ridhopasopati
Twitter: twitter.com/ridhos_pasop
Ask.fm: ask.fm/ridhos_pasop
Instagram: instagram.com/ridhos_pasop
Line: @ridhos_pasop
OA: @yjs6997c
Blog: ridhospasop.blogspot.com
Project: rhotchiproduction.blogspot.com

Rabu, 12 Desember 2018

I'm Quitting ...

Awal aku menggunakan media sosial ketika aku berumur 13 tahun. Saat itu, aku mulai membuka Facebook (saat itu merupakan syarat minimum pembuatan akun Facebook). Tujuannya adalah untuk berhubungan secara mudah dengan teman-temanku yang sudah mulai berjauhan (zaman itu masih ngumpulin nomor HP temen). Salah satu alasan lain adalah saat itu aku masih belum memiliki HP pribadi (jadi dipinjamin ortuku dan setiap beberapa hari sekali dicek) dan HP tersebut terkesan jadul banget (kontak terbatas). Zaman itu belum kenal WA, Line, instagram, bahkan semua platform media sosial di HP kamu sekarang. Sejak sebagian menjamah Twitter, ya seperti tujuanku (saat itu) yaitu bikin akun Twitter. Beberapa ada yang mengenalkan media sosial lainnya dan akhirnya aku juga bikin akun tersebut. Sampai sekarang, akun media sosialku banyak banget sampai semuanya harus terkoneksi agar dapat mengirimkan keadaan sekali pencet.
But that's not big problem.
Benar ada kalanya umur 13 tahun atau beberapa tahun sesudahnya masih belum siap berinteraksi dengan orang lain, terlebih lagi strangers. Bahkan bapak saya melarang saya untuk ikutan ngobrol dengan bapak-bapak meskipun saat itu sedang bercanda. Bukan karena candaannya, tetapi sosialnya. Jujur aja, aku punya relasi beberapa orang di umur bervariasi, kalangan bervariasi, pendidikan bervariasi, bahkan sampai hobi yang bervariasi, dan semuanya itu punya ciri khas ngobrolnya masing-masing. Aku juga pernah hampir diajak berantem dengan salah satu teman dari teman saya (bro, semoga sehat selalu). Dia seumuran denganku, artinya khas bercandanya juga sama. What's the problem? Etika. Dia dihitung sebagai stranger, artinya kita nggak tahu siapa dia. Mau dia temen kita atau temennya temen kita, ya tetap sopan dan menjaga etika. Tidak dibahas lanjut karena aib. Di saat itulah banyak masalah muncul karena aku (ya dulu sempet disebut troublemaker), layaknya mengejar seseorang sampai ayahnya nyamperin ke sekolah, ribut dengan anak sekolah lain, sampai ribut dengan teman satu sekolah. Itu zaman pertama kali memiliki akun media sosial.
Sekarang sudah hampir 10 tahun berlalu, harusnya secara kedewasaan juga sudah berkembang. Namun selama 10 tahun itulah, aku merasakan apa yang pernah aku lakukan saat aku memiliki media sosial pertama. So I'm like the victim of my behaviours ten years ago. Aku bersyukur masih memiliki keluarga yang tentram dan teman-teman baik seperti teman SMA yang suka bahas gosip baru di grup (ketawanya di dalem hati), teman-teman sobat Kulit Kerang Ajaib yang selalu menghibur dengan cerita-cerita dan humor light (karena dark sudah terlalu maynstrym), teman-teman Widyakelana ITB dengan humor jodoh dan sosial lainnya yang khas tiada duanya, teman-teman MILIS dengan segala bercanda recehnya, teman-teman Aksara yang suka nulis di dalam hati terus tau-taunya easy going, teman-teman GAMAIS ITB dengan segala humor ala Islam, dan beberapa individu dan grup lain yang tidak bisa aku sebutkan karena momen-momen indah yang terkenang. Ketika tidak ada hiburan di kala galau menerjang, mereka selalu memberikan hiburan yang menaryck dan unyck sehingga aku merasa nyaman bersama mereka. Bahkan ada beberapa orang yang aku hargai karena telah mengobati represiku sebulan yang lalu (salah satu orangnya telah aku kreditkan sebagai my pen's name). Ya, bahagia ternyata sesederhana itu, yaitu bertemu dengan teman-teman dan sahabat-sahabat, atau orang yang dikenal akrab dan memberikan momen indah.
What's the problem?
Andaikata terorisme adalah segala bentuk teror yang meresahkan masyarakat atau diri sendiri, aku mau block semua akun yang membuatku resah. Mungkin itu salah satunya alasan mengapa aku tidak membaca komentar sebuah pos. Namun, sekarang hal tersebut merambah ke sebuah pos. Tidak heran, salah satu relasiku di media sosial menyebarkannya. Ya I know you do it because of proofing. But, see the content please! Sebagai data analis amatir, tidak heran saja jika beberapa (bukan semua) orang rentang kelahiran 80-90-an mengeluh tentang trending saat ini. Ya baguslah ketika kalian tidak menggubris hal tersebut (apalagi yang memanfaatkan trending buat nyari duit), tetapi lihatlah orang-orang di sekitarmu. Ada kabar penculikan di sekolah saja yang was-was sampai satu RW, meskipun hoax. Gimana dengan berita yang sudah tau hoax atau tidak layak, disebarkan secara masif hanya untuk memancing orang lain berkomentar. Apa nggak trending? Bahkan bercanda saja sudah ada adabnya (lo kate semua orang temen lo yang berhak lo candain seenaknya?). Miris dan ironi. Mirisnya adalah memberi tahu orang yang merasa dirinya paling benar sendiri (gue lihat dari komentar temen gue yang sengaja ada di pos teratas beranda linimasa). Gue yang ngelawan gitu aja di depan orang tuaku udah kebenam di sumur, pak. Beberapa youtuber lama Indonesia menyimpulkan, yang komen mah anak-anak. Ya aku hanya bisa menyimpulkan secara umum dengan resampling (padahal nggak ada cara dan syaratnya) siapapun yang komentar seperti itu, berarti dia masih "anak-anak". Maksudnya adalah masih belum tahu adab, etika, atau aturan yang berlaku di sana.
So, here... I'm quitting surfing on social media.
Salah satu kata-kataku yang terkenal sampai sekarang, "Yang penting aja nggak dibales. Sekalinya nggak penting dibales." Ya aku hanya bisa bilang, pos mendidik dan menghibur di sini (Indonesia ya) masih jauh miskin dibandingkan pos sampah. Itu bukan kesimpulan akhir. Itu hipotesa awal selama aku bercumbu dengan media sosial. Benar banget dulu nggak ada pos sampah dan selalu mendidik. Sekarang sampah everywhere udah kek dunia nyata. Udah jarang ngeliat tontonan yang minim banget kata-kata sampah atau hiburan yang minim menyinggung orang lain. Aku tidak melarang kalian mengikuti gosip, but dari gosip itu kalian dapet apa? Aku tidak melarang kalian trashtalk atau talkshit sebebas apapun, but dari hal tersebut kamu dapet apa? Kalau hanya sekadar tau suatu hal, mending nggak usahlah ngikutin. Misalnya Ridho punya cewek baru. Kalau kamu belajar dari cara Ridho mendapatkan cewek, itu lebih baik. Kalo cuman semisal dapet informasi si cewek namanya ini, ngapain ngikutin. Tidak semua yang mengibur itu bagus, like tiktok yang dulu beredar di dunia maya. I don't care what you share about, but I care about the mental of people. Kalau yang kamu share mengandung unsur politik negatif seperti mengagungkan salah satu calon, udahlah stop it! Cukup Tuhan yang diagungkan dan diesakan, bukan manusia.
Ya aku tau ada pos menaryck dimana orang-orang luar memuji Indonesia. But itu cuman jadi daya tarik mereka untuk pergi ke Indonesia. Kalo tau bau sampahnya? Review ancur, pak. Banyak pos yang bermanfaat (smapai aku share). But, berapa pos sampah yang muncul di beranda?
Last, aku cuman mau ngasih sebuah quote agung dari Allah SWT
لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْ ۗ وَاِذَاۤ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚ وَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ
"Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia."
(QS. Ar-Ra'd 13: Ayat 11)
If you have the same keresahan as me, ayo sama-sama kita benahkan. Jika kita nggak mampu menghapus yang buruk, setidaknya kita mampu menciptakan yang baik dan terus berusaha mengurangi yang buruk. I don't care kamu selalu salah seperti apa. But I care ketika akang Kratos God of War PS4 ngomong ke anaknya, "don't be sorry, be better." Yes, I'm quitting surfing on social media. And now if you wanna talk to me, you can chat me on social media or text me at 085105004567. Just make sure you do the default rules of chatting before texting me.
Stay healthy and caring about the mental of people!
#UnifyingUniverse
#SupportInitiator

=====
Jangan lupa add akunku yang lainnya ya =)
FB: facebook.com/ridhospasop
Fanpage: facebook.com/ridhopasopati
Twitter: twitter.com/ridhos_pasop
Ask.fm: ask.fm/ridhos_pasop
Instagram: instagram.com/ridhos_pasop
Line: @ridhos_pasop
OA: @yjs6997c
Blog: ridhospasop.blogspot.com
Project: rhotchiproduction.blogspot.com

Minggu, 09 Desember 2018

Siapakah Aku?

Mungkin aku hanyalah sebatang kecil padi yang terus menunggu dituai oleh petani. Atau mungkin aku hanyalah sebatang kecil tebu yang terus menunggu dipotong dengan arit. Atau mungkin aku hanyalah sebatang pohon yang menunggu waktunya ditebang.
Perumpamaan itulah yang terjadi pada manusia, ketika nanti waktunya mereka bersiap untuk kembali ke Penciptanya. Semua hal yang kita bawa hanyalah hasil dari kita melaksanakan dan menerapkan segala hal yang Allah berikan kepada kita. Apakah hasilnya baik atau buruk, hanya Allah yang tahu.
Lantas mengapa kita selalu resah? Apakah kita terlalu membawa beban buruk?
#UnifyingUniverse
#SupportInitiator

Jangan lupa add akunku yang lainnya ya =)
FB: facebook.com/ridhospasop
Fanpage: facebook.com/ridhopasopati
Twitter: twitter.com/ridhos_pasop
Ask.fm: ask.fm/ridhos_pasop
Instagram: instagram.com/ridhos_pasop
Line: @ridhos_pasop
OA: @yjs6997c
Blog: ridhospasop.blogspot.com
Project: rhotchiproduction.blogspot.com

Senin, 03 Desember 2018

Apakah Harga Kebutuhan Bisa Murah?

Kesel nggak sih kalo harga BBM di atas Rp10.000? Kesel nggak sih kalo harga makan di atas Rp10.000? Kesel nggak sih kalo harga barang-barang mahal? Meskipun demikian, gajimu pasti naik (bagi temen-temen yang sudah bekerja menjadi pegawai tetap). Namun, aku mau nulis tentang beberapa hal yang aku khawatirkan.

"Apakah harga kebutuhan di Indonesia bisa murah?"

Islam sudah menawarkan sebuah solusi paling ampuh untuk kita semua. Solusi tersebut sudah bersifat universal dan dapat diterapkan di manapun lapangan yang kamu mau pakai.

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ
وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَالٍ - 13:11

SAHIH INTERNATIONAL

For each one are successive [angels] before and behind him who protect him by the decree of Allah . Indeed, Allah will not change the condition of a people until they change what is in themselves. And when Allah intends for a people ill, there is no repelling it. And there is not for them besides Him any patron.

INDONESIAN

Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.


Sudah ya, saya mau main dota dulu...

Oke aku jelasin. Janji Allah untuk hamba-Nya sudah jelas. Allah akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Mau harga murah? YA BEKERJA! Tidak harus bekerja di perusahaan ternama atau bekerja di luar negeri. Cobalah untuk berusaha dan berkarya sebaik mungkin. Misalkan membuat clothing online shop. Kemudian cari relasi dan nambah temen di online, atau buka akun di beberapa online shop. Kok bisa?

Misalkan seseorang punya modal untuk membuat sebuah bisnis. Asumsikan bisnisnya berjalan lancar, maka dari bisnis tersebut menghasilkan sebuah uang (balik modal dan untung). Putar lagi uang tersebut atau kembangkan bisnis tadi, menghasilkan uang lagi dan untung. Jika terus dilakukan maka semakin lama dia memiliki uang simpanan yang banyak. Kalo masih nggak percaya, coba kamu lihat gameplay Harvest Moon atau gameplay RPG lainnya.

Secara makro jika seorang saja menghasilkan suatu produk, maka beberapa orang bisa menghasilkan beberapa produk. Secara ekonomi, jika supply banyak dan demand sedikit, maka harga barang akan dimurahkan (entah bentuk diskon atau dipatok harga rendah). Loh kenapa nggak dinaikkan? Karena makin tinggi harganya juga makin sedikit demand-nya.

Bagaimana jika pemerintahannya korupsi? Karena kita sendiri mencari cara instan untuk mendapatkan sesuatu.

Aku kasih insight ya agar kamu bisa menghasilkan uang. Cobalah menggunakan hobimu untuk menghasilkan sesuatu.

Contoh kamu suka nonton film anime. Coba bikin resume atau review-nya di media sosial atau video. Atau bikin karakter atau anime dan masukkan di beberapa komik buatan sendiri. Jual aja tuh komiknya.

Aku tekankan, nggak masalah kalo kita males. TAPI INGET BAHWA UANG YANG BERDIAM DIRI JUGA TIDAK MENGHASILKAN SESUATU.

(Next... Ingin pemerintah anti korupsi?)

Minggu, 11 November 2018

Terbaik atau Berguna?

“Berikanlah sesuatu yang berdampak untuk sekitarmu dengan kemampuanmu.”

Bismillah
Ada yang bilang “ih Ridhos telat banget sadarnya” atau “ih apasih, Dhos” atau apalah itu. Sejujurnya aku pernah punya pemikiran seperti ini sejak pertama kali kuliah. Eh, kok bisa? Emangnya seperti apa? Kenapa di kuliah jadi kaya gitu?

Let say Alhamdulillah ‘cause I had been accepted in Faculty of Mathematics and Natural Science Institute of Technology Bandung. Padahal, aku pernah pengen masuk STEI ITB jurusan Informatika. Eh seriusan? Bener. Aku suka pemograman sejak SMA dan suka banget teknologi sejak pertama kali pegang komputer (kelas 3 SD). Dulu aku dan kakakku bikin game pakai Excel. Keren nggak? Nggak sih, padahal itu aku kelas 5-6 SD dan boro-boro temenku punya komputer. Dulu aku juga pernah lomba Komputer sampai jadi siswa teladan. Eh suka cecintaan gini masa siswa teladan? Kalo nggak percaya, ada buktinya (soalnya partnerku di siswa teladan kala itu juga se-almameter). Oke nggak usah aku ceritain, singkatnya bisa nge-lock komputer kelas dan cuman kamu doang yang tahu. Gimana tuh? Gimana jadinya kalo kamu bisa ngatur teknologi dan software di saat temen-temenmu nggak bisa?

Dulu banget kalo dibilang siswa terbaik kata anak-anak ITB mah bener, sampai suatu ketika...

Jujur aja nih kalo SMA-ku bukan di SMA itu, aku nggak bakal serealistis sekarang. Bayangin ketemu orang-orang “terbaik” di lokalnya dan dari berbagai tempat. Mau jadi siswa terbaik? Gausah lah. Kalo dulu nggak pernah ngerasain 4 peringkat terbawah seangkatan, mungkin aja sombongnya kebawa ampe kuliah (mungkin aja sih Allah nampar aku seperti ini). Namun, aku seneng banget ketemu sama temen-temen yang masih fokus sama kata “temen”. Gimana rasanya ketika sekelas kompak buat nolak ulangan? Kan kocak. Ada juga alesan lainnya yang aku rasa nggak bakal ketemu di masa kuliah. Di situ aku (dan beberapa temenku juga, maybe) berpikir, “jadi orang yang terbaik buat temennya ajalah ketimbang jadi yang terbaik but useless”. Ah ini loh kata-kata asyik. Akhirnya aku lebih suka ngajarin temen daripada be the best. Peringkat? Nilai? BODO AMAT! Penting temen urang (“aku” kalo di bahasa Jawa, kasar juga ini) nggak susah. Dan bener kita belajar bareng (meskipun main barengnya lebih banyak) untuk mengerti realita SMA seperti apa. Dan let say we have many dreams we want to realize. Akhirnya kita saling bantu-membantu (meskipun di belakang jegal-jegalan, but we don't care). Olimpiade udah nggak ikutan, kompetisi nggak ikutan, tapi suka nolongin temen: menurutmu gimana? People have their own reason.

Kenapa aku bisa meninggalkan STEI ITB? Alesannya karena temen (kalah saing, jadinya ngalah aja... ini nggak sombong ya). Saat ini belum kepikiran field study yang mengkover matematika dan pemograman. Sampai suatu ketika baca artikel tentang jurusan Matematika di FMIPA. Ah... ini yang aku cari. Langsung aja ganti pilihan, FMIPA ITB dan Matematika UNS. Baca atas ya... Menjadi salah satu dari empat pejuang seprogram di ITB tuh rasanya gimana gitu. Empat? Ya. Aku, temenku di STEI (ini alasannya wkwkwkwk), satu di SITH-S, dan satunya lagi di FMIPA. Nah kalo kalian penasaran (apalagi temen sejurusan tuh penasaran pisan), siapa sih temenku seprogram yang di FMIPA, you can check it easily. But I don’t talk about it. But I just wanna say, kok nggak sekalian di STEI aja diusahain mati-matian? Nope. Aku pengen cari aman pas itu.

Kenapa pengen masuk Matematika? Apakah masih kaya dulu? Yes, tetep bakoh (tegar atau kuat dalam bahasa Indonesia. Eh kenapa nggak aku tulis Indonesianya ya wkwkwkwk). Setelah terjun di perkuliahan, kembali lagi pikiran idealku merasuki diriku. Kok bisa? Ngeliatin temen yang super “gila” (dalam bahasa Inggris: insane), akhirnya terpengaruh. Harus perfect, dhos... Kamu punya pikiran dan ide yang perfect dan dasarnya kamu baik ke orang, pastinya niatnya juga baik. Akhirnya ya mikirnya ideal sampai pengaruh ke cinta. Eh ini nggak usah dibahas. Pokoknya kalo nggak gini ya berarti salah. Dulu sih mikirnya gitu.

Masalahnya adalah realitanya aku cuman manusia biasa tapi harus ngelawan 160-an orang terbaik di lokalnya. Susah? Banget! Down pas waktu itu.

Semua berubah ketika ketemu kating di Matematika (nama tydac qammi sebut demy kemaslahatan ummat). Cantik, baik, asyik, lucu lagi. Gimana nggak tertarik? Akhirnya aku bilang ke diriku sendiri, “ayo mati-matian masuk matematika!” Akhirnya ya masuk (lah kan liat sendiri). Sama nih, matematika ternyata susah dan aku cuman manusia biasa. Lagi-lagi ketemu kating di Matematika yang punya sifat sama (tapi beda orang ya). Gimana nggak semangat? Mati-matian lah buat lulus Juli 2018, kala itu. Oke aku nggak ceritain suka duka tingkat 4 karena menyangkut seseorang dan aku udah janji nggak akan cerita bagian ini. Intinya mati-matiannya di Matematika karena 3 orang. But apakah masih ingin menjadi terbaik? Kepikiran cumlaude aja nggak. Aku cuman mikir pengen ngajarin temen aja daripada cumlaude tapi nggak bisa nolongin temen (akhirnya nyesel karena... bukan cumlaude pokoknya).

“Rumput tetangga selalu lebih hijau”, kenapa? Karena kita telah menentukan standar untuk diri kita. So, kalo ngeliat temen yang lebih jago, pasti kita agak minder dan pengen kaya mereka. Liat aja ada yang tiap hari ambis, belajar terstruktur, nilai bagus terus, cumlaude lagi, apalagi masuk honorable mention sampe pernah ngejabat di kepanitiaan dan jadi kadiv. Keren loh dia! But it’s useless, dude. Stop it! Mending mikir diri kamu aja, kata dia (padahal kataku dulu juga gitu, tempe).

Pas banget Jobfair beberapa waktu lalu, dan aku sadar satu hal. Pikiran realistisku kembali lagi (emang nggak sehat, pak, jujur). Akhirnya aku nemu interest-ku saat ini. Telat? Mending telat tapi mantep di hati. Sekarang mah let it flow aja nanti Allah ngasih yang terbaik kek gimana, yang penting usahaku segini buat urusan yang itu. Cemcem istikharah tapi nggak pake shalat (namanya tawakal kalo di Islam). Di saat ini juga aku udah nyiapin segala plan untuk masa depanku. Aku udah nggak punya pikiran harus jadi terbaik atau punya segalanya. Aku pengen berdampak untuk orang lain, itu aja. Emang kerjaannya apa? Sampingannya adalah nulis dan bersama tim kecil punya proyek bikin konten buat 5 hari. Susah loh, apalagi kalo dituntut profesional. Apalagi disuruh bikin video abis ini. Bikin konten aja masih belum oke, apalagi bikin video. But mending kaya gini daripada dulu pengen gini atau gitu tapi kita nggak suka. Kita bisa jadi yang terbaik, but kalo useless? Ibarat kamu bikin helikopter paling canggih dan menguasai langit, but orang-orang sekitarmu adalah nelayan dan butuh cara agar resource tetep ada serta memenuhi demand pasar.

Oke, serius nulisnya.

Buat kalian yang belum bisa merasakan masa depan kalian; jangan takut untuk meraba! Rumput tetangga emang lebih baik, but rumputmu have better use for you than rumput mereka. You have your own skill and you have your own. Menilai orang better atau worse emang perlu, but this isn’t the main point. Main point di sini adalah gimana kamu berguna buat alam semesta, minimal buat temen sekitar. Kenapa? “Wong nandur bakal ngundhuh”, barangsiapa menanam bakal mendapatkan hasilnya. Kamu nggak bisa nandur pari pakai cara orang lain. Kenapa? Bisa jadi rasanya tidak sesuai dengan standar rasamu. Tandurlah pari dengan caramu! Kamu bakal ngerasain rasanya parimu sendiri. Don’t be the best; be useful. Gimana caranya jadi useful? Kamu sendiri yang tau. Tadi udah dijelasin ntar muter-muter. Dan satu lagi: kalo kamu nggak suka sesuatu, ambil aja manfaatnya. Loh ntar dosa dong? Lah kata siapa dosa selama kamu nggak melanggar larangan Allah? Biarin Allah yang ngatur kalo kek gitu. Sekarang mah kamu ngikutin perintah Allah dan ngejauhin larangannya. Udah gitu aja, nggak ribet.

Semuanya simpel, karena yang bikin ribet adalah kita terlalu idealis sehingga semua standar yang kita tetapkan menjadi susah untuk kita sendiri. Kenali dirimu sendiri dan bergunalah untuk orang lain, and you will know what world want from you, not what you want from the world!

NB: Setiap orang punya opini tersendiri, opiniku cuman "yang terbaik di mata Allah adalah yang paling bertakwa" dan bertakwa banyak banget jalannya.

Kamis, 08 November 2018

Selasar Gedung Teknik - Sampai Rintik Terakhir

...
Pagi mulai menyambut senyuman hari. Surya pun leluasa menghangatkan alam semesta tanpa tercegah sampah-sampah semesta. Awan-awan memakai baju biru langitnya seolah-olah bersembunyi dan takut menemuiku di atas Bumi. Angin mulai berjalan menyentuh rambut-rambut tubuhku dan membelainya. Kulitku mulai merasa lebih hangat daripada subuh hari ini. Apakah hari ini pertanda datangnya kebaikan padaku?
Semua kata-kataku telah kupersiapkan. Kucoba menyusun alur cerita yang selama ini terjadi diantara kami. Munsi, wanita idamanku saat ini, memberikanku waktu untuk berbicara langsung. Apakah ini pertanda datangnya perasaan yang tidak biasa? Selama ini Munsi tak mau dan bahkan tak akan bertemu denganku. Dia selalu berdiri di selasar gedung teknik yang tingginya mencapai mall pertama di kota Juko. Apa yang dia lakukan? Menunggu ayahnya datang ditemani air-air langit yang jatuh bergantian. Mungkin dia sedikit gugup jika ada seorang lelaki sebusuk diriku datang dan menemaninya menunggu kedatangan ayahnya. Namun, dia lakukan ini ketika hujan datang. Ayahnya pasti akan menjemputnya lebih lambat daripada biasanya. Bisa jadi terlambat 5 sampai 10 menit. Andai saja dia mau mengobrol pada saat itu, mungkin saja kami bisa membuat cerita terindah.
Siang pun berlalu. Surya mulai melepas pegangannya dari langit, jatuh perlahan menuju ufuk Barat kota Juko. Udara panas mulai mendingin. Jika kamu merasakan tanah di sekitar tempatku berpijak, kamu akan merasakan suhu yang mulai mengecil. Namun, tidak dengan hatiku saat ini. Hatiku mulai memanas, seperti memasak air di panci. Beberapa jam lagi aku akan memulai obrolan hangat dengan Munsi. Oke, aku harus mencoba untuk tidak gugup saat ini. Aku pergi ke selasar gedung teknik, tempat Munsi menunggu ayahnya setiap sore. Aku mencoba belajar mengobrol agar tidak gugup.
Tetapi...
"Zuan, bisakah kita mengobrol?"
Tiba-tiba, Munsi datang dan langsung menepuk diriku dengan sapaan manisnya.
"Baiknya, Munsi. Aku siap untuk mengobrol."
...
"Aku tidak suka denganmu! Sudahlah, cukupkan dirimu dengan segala kelakuanmu!"
"Munsi, dengarlah," akhirnya aku mulai melemahkan nafasku.
"Aku memang mencintaimu. Aku memang telah terlalu mencintaimu. Tetapi, aku mulai menyayangimu. Aku bisa marah kepadamu kali ini. Aku bisa membuatmu lebih sedih daripada saat ini. Tetapi, aku menghargai kamu selama ini. Aku tidak mau mengganggu kehidupanmu dan aku tidak mau menyentuh segala perasaanmu. Jika kamu masih bersikeras mengusirku, aku akan pergi sejauh-jauhnya. Janganlah kamu mencariku! Aku melakukan ini karena aku memang menyayangimu. Yah..."
Akhirnya Munsi meninggalkanku dan pergi tanpa balasan kata apapun. Inilah kata terakhir yang aku bisa ucapkan kepadanya. Apakah nanti kami akan bertemu lagi? Entahlah. Biarkan senja menjawab segala risau perasaanku dan menghilangkan segala sedih hatinya.
...

Sabtu, 25 Agustus 2018

Bagaimanakah Pandangan Saya terhadap Masalah Pemahaman Islam Berikut? - PART 1


Bismillah...
Singkat cerita, dahulu sekali saya iseng menyampaikan pertanyaan ini kepada adik tingkat saya saat mereka melaksanakan Ujian Akhir Semester praktikum (berupa mentoring) mata kuliah Agama Islam. Pertanyaan ini saya ajukan karena ternyata banyak sekali pemahaman orang-orang di sekitar kita yang terkadang keliru sehingga salah menyimpulkan masalah ini. Hal ini bukanlah masalah karena setiap orang memiliki pendapat, tetapi akibat inilah banyak orang “mencuci otak” orang-orang awwam sehingga orang-orang ini tidak tahu esensi mereka melakukannya. Buktinya? Setiap kali saya mendengarkan kajian, banyak sekali orang-orang membandingkan jawaban ustadz ini dengan ustadz lainnya (termasuk saya dulu juga pernah). Ternyata kita belum terbuka dalam memahami agama (khususnya Islam, karena saya membahas agama Islam) yang begitu luasnya.

Saya ambil contoh nyata, saya pernah menyalahkan teman saya saat dia shalat. Saya salahkan banyak hal termasuk gerakan shalat seolah-olah saya paling benar saat itu. Apakah yang terjadi kemudian? Akhirnya saya bertemu dengan seorang bapak tua yang (mohon maaf) kakinya tidak normal. Sejak saat itulah saya paham bahwa dahulu saya belajar agama bukan untuk membuka mata, tetapi untuk menyalahkan semata. Wajarkah ini? Wajar sekali, karena memang masa remaja adalah masa peralihan anak-anak menuju dewasa, dimana kita masih memiliki sifat kekanak-kanakan namun seolah-olah pendapat kita paling dewasa. Dan di sinilah pentingnya memahami (bukan sekedar tau) ilmu agama (dan segala ilmunya).

Kembali ke tujuan awal, sebenarnya saya berniat untuk mencari 200 responden agar penelitian saya terbilang akurat. Namun sampai sekarang, saya hanya mendapat 41 responden dan sebenarnya saya tidak berniat untuk mempublikasikan hasil ini. Namun karena desakan, saya berani mencoba mempublikasikan dengan gaya bahasa sederhana dan dapat dipahami oleh teman-teman sekalian.

Berikut adalah 30 pertanyaan ditambah pendapat saya dan hasil responden yang saya dapatkan lewat kuesioner. Ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan ketika membaca ini.
1. Saya bukan lulusan madrasah atau pondok, bahkan bukan keturunan ustadz maupun keluarga yang memiliki agama yang kuat. Namun, saya memiliki pengalaman memahami keadaan sekitar sehingga pendapat saya ini saya sesuaikan dengan keadaan sekitar saya. Jika Anda meminta dalil atau semacamnya, sila Anda belajar pada guru agama yang tepat. Selama saya tidak menuliskan salah satu ayat Al-Quran, maka pendapat berikut bisa berbeda dari satu orang dengan orang lain. Saya memberikan kesempatan kepada Anda untuk berpendapat sebagai bahan diskusi. Ingat, diskusi tidak harus menyimpulkan sesuatu yang benar atau salah secara mutlak.
2. Jawaban responden berikut bukan berarti jawaban paling benar, apalagi jawaban saya. Jawaban berikut adalah pendapat masing-masing selama semuanya tidak bertentangan dengan Al-Quran (saya tidak menyebut Al-Hadits ataupun pendapat ulama karena Anda tahu sendiri Hadits tiap madzhab berbeda hukumnya, apalagi pendapat ulama).
3. Jika ada pernyataan saya yang salah, saya akan memperbaikinya sebagai update tulisan ini.
4. Jika Anda ingin mencibir saya atau menganggap saya sesat, sila Anda pergi ke polisi terdekat. Saya berusaha untuk tidak menyinggung orang lain. Jika diantara Anda sekalian tersinggung dengan pernyataan saya, sila hubungi saya lewat email atau akun media sosial saya lainnya.

Sebelum masuk, saya akan jelaskan maksud pilihan berikut.
1. Tidak setuju = Saya tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
2. Kurang setuju = Secara garis besar saya tidak setuju, namun saya mengecualikan beberapa hal atau memiliki alasan lainnya.
3. Netral = Saya tidak memberikan pendapat apapun.
4. Cenderung setuju = Secara garis besar saya setuju, namun saya mengecualikan beberapa hal atau memiliki alasan lainnya.
5. Sangat Setuju = Saya sangat setuju dengan pernyataan tersebut.

Baiklah mari kita mulai.

------------------------------------------------------------------------

1. Akhwat boleh memajang fotonya di Instagram
Jawaban responden:
 - 6 orang tidak setuju
 - 16 orang kurang setuju
 - 12 orang netral
 - 4 orang cenderung setuju
 - 3 orang sangat setuju

Jawaban saya: Cenderung setuju
Alasan:
Karena sifat hukum Islam yang universal, semua hukum yang berlaku di dunia nyata juga berlaku di dunia maya (bukan dunia ghaib, berbeda). Pernyataan tersebut ini belum dijelaskan dalam Al-Quran dan Al-Hadits, namun kebanyakan dijelaskan oleh pendapat ulama. Sila Anda mengikuti pendapat ulama yang Anda pilih.
Sedikit cerita, saya sempat bertanya kepada seorang akhwat yang merupakan salah satu pengurus rohis. Jawaban dia adalah “boleh”. Seorang akhwat, pengurus rohis, menjawab hal ini dengan jawaban boleh, apakah salah?
Pendapat saya cukup sederhana: itu kebebasan akhwat, bukan saya. Saya menjawab “cenderung setuju” adalah kebebasan akhwat haruslah disadari dengan kesadaran diri. Misalkan akhwat ini seseorang yang “adorable” jika dipandang oleh orang lain, harusnya dia sadar diri untuk tidak memajang fotonya di media sosial. Bagaimana dengan ikhwan? Sadar diri juga. Sebagian ulama melarang hal ini karena mudharat pernyataan ini lebih banyak sehingga para ulama mencoba menghindari mudharat ini.

2. Kebudayaan di Indonesia menyimpang dengan ajaran agama Islam
Jawaban responden:
 - 5 orang tidak setuju (artinya kebudayaan di Indonesia sesuai ajaran agama Islam)
 - 9 orang kurang setuju
 - 16 orang netral
 - 11 orang cenderung setuju
 - 0 orang sangat setuju

Jawaban saya: Kurang setuju
Alasan:
Lebih baik Anda membaca sejarah munculnya kebudayaan di Indonesia lalu Anda interpretasikan apakah budaya tersebut menyimpang atau tidak.

Agama Islam lahir di Arab. Jika Anda membaca sirah nabawiyah, Anda akan menemukan bahwa Rasulullah SAW mengadopsi, meniru, bahkan mengganti budaya Arab pada zaman tersebut (zaman Jahiliyyah). Artinya budaya di sini disatukan dengan agama Islam agar tidak menyimpang dari agama Islam. Salah satu contohnya adalah Aqiqah (maaf saya tidak bisa memberikan Hadits-nya. Anda bisa mencarinya di internet). Secara garis besar, aqiqah menggantikan budaya zaman Jahiliyyah karena budaya zaman Jahiliyyah sangat menyimpang dari ajaran agama Islam (apa tujuan seorang bayi dilumuri darah kambing?).
Beberapa abad kemudian, agama Islam masuk ke Indonesia dan menyatu dengan budaya setempat. Salah satu contohnya budaya Jawa kuno yang menyatu dengan agama Islam menghasilkan budaya-budaya Jawa yang bernuansa Islam yang dibawa oleh wali songo (jika Anda tidak percaya adanya wali songo, itu bukan urusan saya karena ini menyangkut kepercayaan). Sampai sekarang beberapa daerah memiliki budaya masing-masing dengan ciri khasnya.
Apakah menyimpang? Tidak semuanya. Ada beberapa budaya yang menyatu dengan ciri khas agamanya. Akibatnya kita harus mampu menyaring kebudayaan tersebut agar sesuai dengan agama Islam. Ingat, menyimpang di sini artinya tidak sesuai dari pokoknya dan agama Islam memiliki pokok ajaran tauhid (yaitu mengesakan Allah pada QS. Al-Ikhlas, 112:1-4, dijelaskan di Hadits). Overall, Islam pernah berkembang di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku, Papua (bukti ini masih belum otentik, alias saya belum mengecek secara keseluruhan), dan Nusa Tenggara Barat. Artinya budaya setempat selayaknya sudah bersatu dengan agama Islam. However, saya tidak tahu apakah semua budaya yang ada sekarang masih sesuai dengan agama Islam atau tidak.

3. Memberikan konfirmasi kehadiran dalam suatu acara apapun
Jawaban responden:
 - 0 orang tidak setuju
 - 1 orang kurang setuju
 - 3 orang netral
 - 14 orang cenderung setuju
 - 23 orang sangat setuju

Jawaban saya: Sangat setuju
Alasan:
Islam juga menjunjung etika dan adab bersosial dengan orang lain, selain membahas tauhid (inti umumnya) dan ibadah (inti tambahan).

Saya mengusung jawaban ini dari hikmah yang bisa diberikan suatu hadits yang dinilai sebagian ulama agar wajib menghadiri adzan shalat fardu. Selain itu memberikan konfirmasi bertujuan untuk menghapus prasangka buruk seseorang.

4. Uninstall Al-Quran di HP ketika masuk kamar mandi
Jawaban responden:
 - 20 orang tidak setuju
 - 10 orang kurang setuju
 - 10 orang netral
 - 1 orang cenderung setuju
 - 0 orang sangat setuju

Jawaban saya: Kurang setuju
Alasan:
Hukum Islam bersifat universal. Artinya Al-Quran di HP bisa dipandang mushaf Al-Quran (mohon maaf atas salah bahasa saya).

Namun, saya cenderung kurang setuju karena HP tidak bisa sepenuhnya dianggap Al-Quran.

Kenapa muncul masalah ini? Saya pernah mendapat sebuah kajian tentang ini dan hal ini adalah salah satu hal yang “lucu” jika saya dengar. Anda sudah dimudahkan Al-Quran portabel yang (in-sya Allah) sudah diizinkan oleh MUI, namun Anda menolaknya. Lucunya, beliau sempat menyuruh untuk mendapat mushaf asli dari Madinah atau Mekah. Anda bisa interpretasikan hal tersebut.

5. Agama Islam perlu ada perbaikan di masa ini
Jawaban responden:
 - 13 orang tidak setuju
 - 2 orang kurang setuju
 - 10 orang netral
 - 9 orang cenderung setuju
 - 7 orang sangat setuju

Jawaban saya: Tidak setuju
Alasan:
Baca QS. Al-Maidah, 5:3 (bahkan diceritakan wahyu terakhir yang Rasulullah SAW terima, yaitu tentang kesempurnaan Islam). Namanya sempurna, artinya tidak perlu diperbaiki kembali. Perbaikan lebih ditujukan kepada hal teknis agama Islam seperti penerapan ayat Al-Quran dan hukum-hukum Islam yang dijelaskan dalam hadits dan pendapat ulama.

Secara umum, agama Islam sudah sempurna. Hanya penerapan ayat-ayat Al-Quran oleh umatnya yang “kurang tepat”. Saya tidak memberikan penjelasan lebih lanjut.

6. Bir termasuk minuman yang haram
Jawaban responden:
 - 3 orang tidak setuju
 - 0 orang kurang setuju
 - 2 orang netral
 - 3 orang cenderung setuju
 - 33 orang sangat setuju

Jawaban saya: Cenderung setuju
Alasan:
Menurut penelitian, bir termasuk minuman yang dapat memabukkan. Karena dapat memabukkan, bir termasuk minuman yang haram (penjelasan dari Hadits). Namun, ada beberapa orang tidak mabuk ketika minum bir. Jadi perlu ditekankan bahwa

“Haramkan sesuatu yang membuatmu, atau menurut orang dapat membuatmu, mabuk.”

Jika Anda minum air putih dan dapat membuat Anda mabuk, maka Anda jangan minum air putih.

7. Syekh Siti Jenar tidak mengajarkan ilmu agama Islam
Jawaban responden:
 - 1 orang tidak setuju
 - 3 orang kurang setuju
 - 33 orang netral
 - 2 orang cenderung setuju
 - 2 orang sangat setuju

Jawaban saya: Netral
Alasan:
Saya belum membaca kisah utuh dan otentik tentang Syekh Siti Jenar. Namun menurut beberapa sumber yang saya baca, Syekh Siti Jenar hanya dicoret dari wali songo karena bermasalah dengan ajaran “Manunggaling Kawula Gusti”. Ajaran ini dianggap (beberapa orang) menyimpang ajaran Islam.

8. Nikah muda sangat dianjurkan
Jawaban responden:
 - 2 orang tidak setuju
 - 10 orang kurang setuju
 - 18 orang netral
 - 11 orang cenderung setuju
 - 0 orang sangat setuju

Jawaban saya: Cenderung setuju
Alasan:
Saya sering menuliskan artikel ini di media sosial saya. Intinya tergantung Anda. Jika Anda tidak bisa berpuasa (dalam nafsu), maka Anda harus segera menikah. Jika tidak mampu, Anda harus segera memantaskan diri Anda. Jangan sampai Anda nikah hanya karena ingin melampiaskan nafsu semata. Waktu tidak menentukan kematangan.

Sekian pembahasan dari saya. Lain kali, saya akan sambung pos ini. Masih terdapat 22 pernyataan lagi yang belum saya bahas. Semoga pembahasan ini mencerahkan kita semua. Jika ada salah kata, saya mohon maaf. Terima kasih telah membaca.

Surakarta, 22 Agustus 2018

Kamis, 28 Juni 2018

Hitam Putih di Atas Kereta Bandung-Solo


Setiap orang memiliki prinsip masing-masing. - Anonim

Salah satu hal yang paling menarik dari menjadi rakyat adalah mendengarkan cerita keluh kesah yang dia alami. Jujur, hal ini sangat jarang sekali. Aku memang sangat suka mendengarkan cerita orang untuk dibagikan kepada orang lain. Aku masih ingat keluh kesah sopir angkot ketika aku pergi ke Lembang sampai keluh kesah sopir becak ketika mengantarkanku ke suatu tempat. Ternyata setiap patah kata dalam cerita adalah sebuah inspirasi untuk Indonesia.

Kali ini aku bertemu dengan seorang produktif. Lagi-lagi, saya lupa menanyakan nama beliau. Beliau adalah seorang pekerja yang bisa dibilang cukup berani. Beliau asli dari Yogyakarta (seingat saya Wates) dan sekarang beliau memiliki rumah di Bekasi. Alasan beliau memiliki rumah di sini adalah karena dulu beliau bekerja di Jakarta. Saat ini beliau kerja di Bandung (dan besok Senin beliau balik kerja di Jakarta kembali). Saya bertemu beliau ketika saya menikmati kereta sepi penumpang dan beliau ingin duduk di hadapan saya (kebetulan saya naik kereta ekonomi dan kursi saya berjumlah 3). Mengapa bisa terjadi? Kursi yang saya duduki dan depan saya tidak ada penumpang sama sekali. Beliau ingin istirahat setelah bekerja. Alasan beliau naik kereta ini adalah beliau ingin bertemu istrinya (mungkin sudah punya anak) di Sukoharjo. Awalnya sih kami hanya mengobrol basa-basi, kemudian beliau langsung akrab dengan saya dan mau berbagi cerita kepada saya.

Beliau menceritakan masa kuliahnya. Beliau kuliah di jurusan Teknik di suatu universitas ternama (takutnya salah tebak) dan lulus tahun 2011. Beliau bercerita tentang rekan kuliahnya yang menghilang di perkuliahan. Ya pasti kita tahu beliau bercerita ini karena memang orang-orang ini adalah orang yang patah semangat. Aku takjub mendengar cerita ini, mengapa? Beliau selalu menceritakan masa-masa menjadi panitia wisuda dan menceritakan kegiatannya di bangku kuliah. Ah... ternyata banyak sisi-sisi yang tidak pernah aku ketahui di perkuliahan.

Beliau merupakan lulusan STM (bukan SMA) dan beliau bercerita jika teman-temannya merupakan orang nakal. Namun ketika beliau bertemu teman-temannya saat lebaran, beliau takjub dengan keadaannya sekarang. Orang-orang yang mungkin kita pikir nggak punya masa depan, ternyata lebih “makmur” dibandingkan beliau. Beliau mengenal temannya sangat nakal, namun sekarang punya mobil banyak dibandingkan beliau (fyi, beliau nggak punya mobil). Mengapa bisa? Ternyata teman beliau memiliki usaha sendiri. Beliau berpandangan bahwa orang pintar (seperti saya dan beliau) suatu saat akan bekerja kepada orang-orang seperti mereka. Orang pintar sangat mudah mencari pekerjaan karena syarat rekrutmen awal yang pastinya memenuhi. Bagaimana dengan teman beliau? Nakal iya, pintar nggak (menurut beliau), tetapi beliau salut karena keterbatasan ini teman beliau adalah orang yang nekat (atau bisa dibilang mau mengambil risiko). Setuju? Garis takdir telah ditulis di sana dan rezeki memang sudah diatur. Balik lagi, apakah kita mampu mengejar rezeki itu. Aku termasuk salah satu orang yang kagum dengan beliau karena beliau mau mati-matian mencari rezeki sampai meninggalkan istrinya di rumah. Beliau tidak dengki dengan temannya, justru beliau bersyukur dengan keadaannya.

Ada satu hal yang berkesan ketika beliau mengobrol intens denganku. Beliau berpendapat bahwa orang kota memiliki jiwa sosial yang tinggi, tidak seperti yang beliau pernah pikir. Salah satu contohnya adalah memberikan kursi kepada ibu-ibu yang membawa anak.

“Sebenarnya mereka memiliki jiwa sosial yang tinggi,” pungkasnya.
“Mas, kira-kira di Jawa Tengah panas nggak?”
“Wah kurang tahu sih, mas. Saya jarang mengikuti.”

Kemudian beliau bercerita tentang politik di Jawa. Jika kalian penasaran bagaimana politik di Jawa, kalian bisa melihat kisah kerajaan Singosari sampai runtuhnya kerajaan Mataram Islam. Namun, itu cerita masa lampau. Sekarang sudah bukan zamannya lagi bercerita tentang itu.

Stasiun Solo Balapan - Drop Zone dan Parkir Mobil

Ada dua bagian yang paling aku suka dari pembicaraan kami: pernikahan dan kehidupan.

“Mas, ternyata punya apapun tidak menjamin kelanggengan hubungan.”

Aku teringat kata-kata temanku, “aku pengen nikah muda biar sama-sama ngerti berjuang bareng.” Awalnya aku punya prinsip ini juga, sampai suatu saat aku bertemu dengan dia yang mengubah segala kerangka pikiranku. Hal yang paling aku takutkan sampai sekarang adalah menghinakan cinta yang Allah berikan. Salah satu cara menghinakan cinta itu adalah perceraian. Beliau bercerita bahwa banyak teman seumurannya telah janda dan duda.

“Masnya bayangin aja jam 12 malam ada tamu temen mas bawa anaknya, kira-kira mas mikirnya apa?”

Benar katanya, harta dan cinta saja tidak cukup. Di titik inilah aku mulai mencoba memahami segala kefanaan dunia ini. Bagaimana cara agar aku tetap nyaman dengan pilihanku? Obrolan ini membuatku lebih membuka mata.

“Mas, aku lebih suka mati tetapi nggak ninggalin hutang ke keluarga saya.”

Kali ini aku selalu me-retweet kata-katanya. Salah satu prinsip hidupku akhirnya ada yang menyetujuinya. Aku tidak ingin meninggalkan hutang ke istriku atau keluargaku suatu saat nanti. Jika uangku cukup membeli hal itu, aku siap membelinya.

“Temen saya ada yang beli cluster, tetapi barusan banget dia meninggal, mas. Keluarganya gimana ya nantinya? Makanya aku tuh nggak pernah pengen beli barang dengan nyicil. Kalo aku punya uang, ya aku beli barangnya. Kalo nggak, yaudah nggak beli.”

Perpisahan kami ada di stasiun Purwosari. Bagiku, percakapan ini membuatku semakin terbuka tentang dunia ini. Banyak pelajaran dan pengetahuan yang aku pelajari selama perjalanan Bandung – Solo kali ini. Inilah salah satu alasan aku suka mengobrol dengan orang-orang yang mau berbagi cerita kepadaku. Beberapa hal yang dapat aku simpulkan adalah:
  1. Menikah nggak cuman sekadar punya apa-apa, tetapi harus siap menerima cobaan apa-apa.
  2. Jangan pernah meninggalkan hutang.
  3. Prinsip orang boleh saja berbeda, tetapi tidak selamanya prinsip kita selalu benar.
Buatku, dunia ini sudah memperlihatkan bahwa selama ini yang kita anggap benar... ternyata belum tentu benar. Kita punya prinsip masing-masing dan orang yang paling hebat adalah menghargai prinsip orang lain. Hal inilah yang tersulit karena kita belum tentu nyaman dengan prinsip orang lain. Dan di dunia inilah kita akan belajar bahwa segala ilmu yang kita punya ini nantinya akan dipertanggungjawabkan, yaitu bagaimana kita memanfaatkan ilmu ini.
Semoga menginspirasi buat kita semuanya...

Surakarta, 27 Juni 2018
 #OurStruggle
 #SupportInitiator

NB: saya nggak sempet foto sama beliau dan menanyakan nama beliau. Semoga saja Allah mempertemukan kami kembali di kota Solo. Saya kirimkan foto tiket keberangkatan kereta saya ketika bertemu beliau.


Kereta pertama pertemuan kami

Bingung?