Cari Blog Ini

Rabu, 12 Desember 2018

I'm Quitting ...

Awal aku menggunakan media sosial ketika aku berumur 13 tahun. Saat itu, aku mulai membuka Facebook (saat itu merupakan syarat minimum pembuatan akun Facebook). Tujuannya adalah untuk berhubungan secara mudah dengan teman-temanku yang sudah mulai berjauhan (zaman itu masih ngumpulin nomor HP temen). Salah satu alasan lain adalah saat itu aku masih belum memiliki HP pribadi (jadi dipinjamin ortuku dan setiap beberapa hari sekali dicek) dan HP tersebut terkesan jadul banget (kontak terbatas). Zaman itu belum kenal WA, Line, instagram, bahkan semua platform media sosial di HP kamu sekarang. Sejak sebagian menjamah Twitter, ya seperti tujuanku (saat itu) yaitu bikin akun Twitter. Beberapa ada yang mengenalkan media sosial lainnya dan akhirnya aku juga bikin akun tersebut. Sampai sekarang, akun media sosialku banyak banget sampai semuanya harus terkoneksi agar dapat mengirimkan keadaan sekali pencet.
But that's not big problem.
Benar ada kalanya umur 13 tahun atau beberapa tahun sesudahnya masih belum siap berinteraksi dengan orang lain, terlebih lagi strangers. Bahkan bapak saya melarang saya untuk ikutan ngobrol dengan bapak-bapak meskipun saat itu sedang bercanda. Bukan karena candaannya, tetapi sosialnya. Jujur aja, aku punya relasi beberapa orang di umur bervariasi, kalangan bervariasi, pendidikan bervariasi, bahkan sampai hobi yang bervariasi, dan semuanya itu punya ciri khas ngobrolnya masing-masing. Aku juga pernah hampir diajak berantem dengan salah satu teman dari teman saya (bro, semoga sehat selalu). Dia seumuran denganku, artinya khas bercandanya juga sama. What's the problem? Etika. Dia dihitung sebagai stranger, artinya kita nggak tahu siapa dia. Mau dia temen kita atau temennya temen kita, ya tetap sopan dan menjaga etika. Tidak dibahas lanjut karena aib. Di saat itulah banyak masalah muncul karena aku (ya dulu sempet disebut troublemaker), layaknya mengejar seseorang sampai ayahnya nyamperin ke sekolah, ribut dengan anak sekolah lain, sampai ribut dengan teman satu sekolah. Itu zaman pertama kali memiliki akun media sosial.
Sekarang sudah hampir 10 tahun berlalu, harusnya secara kedewasaan juga sudah berkembang. Namun selama 10 tahun itulah, aku merasakan apa yang pernah aku lakukan saat aku memiliki media sosial pertama. So I'm like the victim of my behaviours ten years ago. Aku bersyukur masih memiliki keluarga yang tentram dan teman-teman baik seperti teman SMA yang suka bahas gosip baru di grup (ketawanya di dalem hati), teman-teman sobat Kulit Kerang Ajaib yang selalu menghibur dengan cerita-cerita dan humor light (karena dark sudah terlalu maynstrym), teman-teman Widyakelana ITB dengan humor jodoh dan sosial lainnya yang khas tiada duanya, teman-teman MILIS dengan segala bercanda recehnya, teman-teman Aksara yang suka nulis di dalam hati terus tau-taunya easy going, teman-teman GAMAIS ITB dengan segala humor ala Islam, dan beberapa individu dan grup lain yang tidak bisa aku sebutkan karena momen-momen indah yang terkenang. Ketika tidak ada hiburan di kala galau menerjang, mereka selalu memberikan hiburan yang menaryck dan unyck sehingga aku merasa nyaman bersama mereka. Bahkan ada beberapa orang yang aku hargai karena telah mengobati represiku sebulan yang lalu (salah satu orangnya telah aku kreditkan sebagai my pen's name). Ya, bahagia ternyata sesederhana itu, yaitu bertemu dengan teman-teman dan sahabat-sahabat, atau orang yang dikenal akrab dan memberikan momen indah.
What's the problem?
Andaikata terorisme adalah segala bentuk teror yang meresahkan masyarakat atau diri sendiri, aku mau block semua akun yang membuatku resah. Mungkin itu salah satunya alasan mengapa aku tidak membaca komentar sebuah pos. Namun, sekarang hal tersebut merambah ke sebuah pos. Tidak heran, salah satu relasiku di media sosial menyebarkannya. Ya I know you do it because of proofing. But, see the content please! Sebagai data analis amatir, tidak heran saja jika beberapa (bukan semua) orang rentang kelahiran 80-90-an mengeluh tentang trending saat ini. Ya baguslah ketika kalian tidak menggubris hal tersebut (apalagi yang memanfaatkan trending buat nyari duit), tetapi lihatlah orang-orang di sekitarmu. Ada kabar penculikan di sekolah saja yang was-was sampai satu RW, meskipun hoax. Gimana dengan berita yang sudah tau hoax atau tidak layak, disebarkan secara masif hanya untuk memancing orang lain berkomentar. Apa nggak trending? Bahkan bercanda saja sudah ada adabnya (lo kate semua orang temen lo yang berhak lo candain seenaknya?). Miris dan ironi. Mirisnya adalah memberi tahu orang yang merasa dirinya paling benar sendiri (gue lihat dari komentar temen gue yang sengaja ada di pos teratas beranda linimasa). Gue yang ngelawan gitu aja di depan orang tuaku udah kebenam di sumur, pak. Beberapa youtuber lama Indonesia menyimpulkan, yang komen mah anak-anak. Ya aku hanya bisa menyimpulkan secara umum dengan resampling (padahal nggak ada cara dan syaratnya) siapapun yang komentar seperti itu, berarti dia masih "anak-anak". Maksudnya adalah masih belum tahu adab, etika, atau aturan yang berlaku di sana.
So, here... I'm quitting surfing on social media.
Salah satu kata-kataku yang terkenal sampai sekarang, "Yang penting aja nggak dibales. Sekalinya nggak penting dibales." Ya aku hanya bisa bilang, pos mendidik dan menghibur di sini (Indonesia ya) masih jauh miskin dibandingkan pos sampah. Itu bukan kesimpulan akhir. Itu hipotesa awal selama aku bercumbu dengan media sosial. Benar banget dulu nggak ada pos sampah dan selalu mendidik. Sekarang sampah everywhere udah kek dunia nyata. Udah jarang ngeliat tontonan yang minim banget kata-kata sampah atau hiburan yang minim menyinggung orang lain. Aku tidak melarang kalian mengikuti gosip, but dari gosip itu kalian dapet apa? Aku tidak melarang kalian trashtalk atau talkshit sebebas apapun, but dari hal tersebut kamu dapet apa? Kalau hanya sekadar tau suatu hal, mending nggak usahlah ngikutin. Misalnya Ridho punya cewek baru. Kalau kamu belajar dari cara Ridho mendapatkan cewek, itu lebih baik. Kalo cuman semisal dapet informasi si cewek namanya ini, ngapain ngikutin. Tidak semua yang mengibur itu bagus, like tiktok yang dulu beredar di dunia maya. I don't care what you share about, but I care about the mental of people. Kalau yang kamu share mengandung unsur politik negatif seperti mengagungkan salah satu calon, udahlah stop it! Cukup Tuhan yang diagungkan dan diesakan, bukan manusia.
Ya aku tau ada pos menaryck dimana orang-orang luar memuji Indonesia. But itu cuman jadi daya tarik mereka untuk pergi ke Indonesia. Kalo tau bau sampahnya? Review ancur, pak. Banyak pos yang bermanfaat (smapai aku share). But, berapa pos sampah yang muncul di beranda?
Last, aku cuman mau ngasih sebuah quote agung dari Allah SWT
لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْ ۗ وَاِذَاۤ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚ وَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ
"Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia."
(QS. Ar-Ra'd 13: Ayat 11)
If you have the same keresahan as me, ayo sama-sama kita benahkan. Jika kita nggak mampu menghapus yang buruk, setidaknya kita mampu menciptakan yang baik dan terus berusaha mengurangi yang buruk. I don't care kamu selalu salah seperti apa. But I care ketika akang Kratos God of War PS4 ngomong ke anaknya, "don't be sorry, be better." Yes, I'm quitting surfing on social media. And now if you wanna talk to me, you can chat me on social media or text me at 085105004567. Just make sure you do the default rules of chatting before texting me.
Stay healthy and caring about the mental of people!
#UnifyingUniverse
#SupportInitiator

=====
Jangan lupa add akunku yang lainnya ya =)
FB: facebook.com/ridhospasop
Fanpage: facebook.com/ridhopasopati
Twitter: twitter.com/ridhos_pasop
Ask.fm: ask.fm/ridhos_pasop
Instagram: instagram.com/ridhos_pasop
Line: @ridhos_pasop
OA: @yjs6997c
Blog: ridhospasop.blogspot.com
Project: rhotchiproduction.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bingung?