Cari Blog Ini

Minggu, 25 Juli 2021

Overthinking Kills You

 "Gimana ya kalo dia gini? Harusnya nggak mungkin lah. Eh jangan-jangan..."


Salah satu kelemahan terbesarku yang tiba-tiba muncul di quarter-life-crisis ini adalah menjadi seseorang yang overthinking. Padahal dulu mah biasa aja loh. Mau dia punya pacar atau nggak, aku mencintainya yaudah gitu lo. Malah kami ini cuman temenan tingkat lebih pas dia ngerti aku suka sama dia. Sekarang meskipun cuman temenan, rasanya jadi banyak pikiran dan seolah-olah terus terpikirkan tiap saat.


Mungkin aku perlu konsultasi dengan kenalan psikologiku wkwkwk

Tapi aku tidak mau bahas tentang kesehatan mental seperti itu, tapi aku mau bahas judulnya.


Overthinking itu membunuhmu

Serius, lebih candu ketimbang rokok.


Dulu itu aku bergumam dengan diriku sendiri masalah ngerjain soal. Bahkan aku tidak pernah berpikir mau lolos atau nggak, nilainya bagus atau nggak, justru sampe mikir "yodah pake jurus satu jawaban aja, toh kita udah gatau mau ke mana nih arahnya". Eh tau-taunya menang, bahkan pernah ngalahin yang terbaik dari tim. ITU DULU wkwk


Bahkan seperti aku bilang tadi, dulu itu nggak pernah kepikiran orang mau cinta aku atau nggak. Bukan nggak peduli, tapi emang orangnya dari dulu pasrah wkwk.


Kenapa ya bisa berubah?

Aku sempet setiap malem nangis cuman karena overthinking.


Puncak dari overthinking-ku ini udah dua kali, gaes. Pertama ketika dulu jatuh cinta sama seseorang yang dulunya pernah aku benci secara berlebihan. Kedua ketika mikirin bakal calon istri (hehe). Pas pertama, aku sempet mau kepikiran untuk bunuh diri, dan hampir udah ngelakuin hingga aku dikasih petuah sama kenalan psikologiku. Aku mengalami represi saat itu (isi tulisannya bisa dibaca di judul tentang depresi/represi). Pas kedua ini aku sempet nulis panjang di instagram story, apa yang aku pikirkan saat itu. Kebetulan bakal calon istriku baca sampe ngepos lagu "See You Again", gatau ya ada hubungannya denganku atau nggak. Aku sempet down banget, tapi aku nggak ngerasa buat bunuh diri. Cuman pengen nyerah aja waktu itu.


Kemudian aku ketemu petuah gini nih (dalam bahasa inggris)

"Overthinking is from Shaytan. Whatever happen in our life, it was the Qadr of Allah and it was best for us. You just have to keep living and not stress over what you can't control. Don't waste your time worring, when Allah is The Controller of everything. Ask Allah to constantly guide you."


Beuh ini loh yang aku cari, dan ini aku yang dulu...


Karena tulisan ini, aku sempet overthinking tapi aku mulai menyembuhkan diriku dengan cepat. Tepat tadi malem saat tulisan ini ditulis, aku sempet overthinking tentang bakal calon istriku (hehe) apakah dia di sana baik-baik aja. Terus tepat jam 12 malem, atau beberapa menit setelah selesai overthinking, aku mulai regain mentalku. Aku bilang sama diriku sendiri,


"Percayalah pada akhirnya Allah yang bantu. Kamu fokus sama apa yang kamu mau saat ini. Tetaplah berdoa untuk hal tersebut. Kecewa dan marah itu wajar, tapi janganlah berlarut. Kalo ada masalah, coba ngobrol sama Allah."


Setiap malem setelah tahajud, aku sering nangis. Aku cerita masalahku saat ini dan aku cerita apa yang aku minta. Buat ngembaliin ini ke semula aja udah susah. Aku rindu zaman dulu ketika nggak pernah kepikiran semuanya. Satu persatu Allah bantu, kadang lewat mimpi, kadang lewat hal-hal yang tidak aku duga.


Aku tau overthinking ini bisa saja berakhir lama. Tapi aku yakin, aku ingin pergi dari jeruji overthinking. Overthinking hampir membunuhku dua kali. Tapi aku punya semangat dan keyakinan... Allah yang bantu semuanya. Akhirnya aku diingetin sama janjiku dulu, dan aku ngerasa satu hal. Aku ngomong sama diriku sendiri.


"Kalo kamu mati tapi janjimu belum kamu tunaikan, jangan pernah kamu minta Surga Allah. Katanya mau janjiin dia ke Surga, tapi janjimu lainnya sudah kamu tepati?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bingung?