Cari Blog Ini

Rabu, 04 November 2020

Words Can Hurt Feeling

 "Words can hurt feeling."


Mungkin kita sendiri nggak sadar bahwa kata-kata itu dapat menyakiti perasaan orang lain. Gimana mau sadar, wong kita aja mikirnya, "alah paling nggak nyakitin lah, masa gini doang nyakitin." Entah kita mikirnya tentang kejujuran atau kebenaran, padahal nggak semua orang bisa menerima apa yang kita katakan.


Hayo bener nggak?


Tapi sekarang pake sudut pandang orang lain, emang kita tau sejauh apa? Misalnya aja ada temen lagi depresi terus pengen bunuh diri. Yang kita tau paling kan sejauh "bunuh diri itu dosa". Mana mungkin kita tau masalah pribadinya atau masalah dengan orang lain. Belum tentu juga dia mau cerita masalahnya. Pikirannya juga banyak, entah dia nggak mau, nggak trusted (udah kek aplikasi software wkwkwk), takut cuman bagi cerita aja, atau lain-lain.


Takutnya tiba-tiba kita asal claim aja masalahnya terus yodah kita ngasal ngasih sarannya.


Words can hurt feeling. Kata-kata dapat melukai perasaan.


Kasus yang sekarang terjadi adalah contoh nyata kalimat di atas. Kasus mana? Yang itu tuh sampe seluruh dunia mengecam. Banyak orang nggak sadar bahwa kasus yang terjadi itu bukan karena dibebaskannya berbicara di depan publik; tetapi karena tidak paham kata-katanya dapat melukai perasaan orang lain. Lah wong obrolan nggak bebas (re: dibatasi) aja dapat melukai perasaan (contohnya tuh ngomong nikah kapan, punya anak berapa, dll), apalagi yang dibebasin sebebas-bebasnya. Lah sekarang dasarnya aja (sebagian orang) nggak tau, yo pantes lah reaksinya beda-beda. Marah yo wajar, nggak marah yo wajar. Eh malah gelut sendiri dan mengatakan ini kasus sensitif.


La wong dasarnya aja nggak tau.

Words can hurt feeling. Kata-kata dapat melukai perasaan.


Reaksi orang berbeda-beda itu wajar. Tapi pas nggak tau dasarnya, akibatnya dasar teori orang-orang menjadi reaksi tadi. Misalnya kalo kita dibilang "b*j*ng*n" sama orang yang nggak dikenal, terus kita marah. Yo wis to wajar kan? Hla wong tau-tau kok dibilang gituan. Nek nggak marah yo wajar to? Hla wong nggak kenal juga, anggep aja nggak perlu dipikirin juga. Tapi karena nggak ngerti dasar tadi, yowis akhirnya terpatri di otak itu


"nek kita dihina, kita harus (reaksi)."


Harusnya yang bener itu,


"Words can hurt feeling. Kata-kata dapat melukai perasaan. Menghina adalah contoh kata-kata yang melukai perasaan. Jadi (reaksi; tidak hanya marah/diam, tetapi juga bahan pembelajaran)."


Penutup, sedih nggak sih harusnya kita bisa satu suara untuk mengecam perbuatan apapun yang dapat melukai perasaan, eh malah di tubuh sendiri masih aja saling menjatuhkan karena perbedaan reaksi. Yo jelas lah dasarnya aja nggak paham, gimana mau sejalan. Kalo dasarnya udah ngerti, pasti kita udah sefrekuensi ngomonginnya, "mengecam perbuatan apapun yang dapat melukai perasaan". Yah mau gimana lagi, gampang dilupain. Dapet pembelajaran nggak, lepas emosi iya.


Mbok hayo to sekarang coba kita pilah dan pilih mana yang dapat melukai orang, mana yang nggak. Kita kadang nggak tau bisa jadi yang kita omongin dapat melukai perasaan. Tapi semua ini dapat dikomunikasikan kok. Cuman harusnya tau dong manner-nya seperti apa, basic ethics-nya seperti apa, dll. Tapi gimana lagi ya, mosok rekomendasi pos/tweet aja isinya emosi dulu baru dasarnya. Meh sampe aku nikahin 4 istri juga nggak dibaca to wkwkwk.


Yowis ya bye-bye~


#KomunikasiHarmoni

#SupportInitiator

#OurStruggle

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bingung?