Cari Blog Ini

Rabu, 10 April 2019

#PRAYFORAUDREY - Tentang Kejadian, Reaksi, dan Solusi


(Foto memang tidak sesuai dengan konteksnya, tetapi makna dari foto ini adalah agar semua yang telah berlalu biarlah berlalu dan menjadi sebuah pelajaran ke depannya)

Beberapa waktu yang lalu, netizen Indonesia kembali dihebohkan dengan sebuah kejadian yang cukup mengambil perhatian. Secara singkat seperti yang sudah saya ambil dari beberapa cerita yang saya dapat, seorang siswi SMP bernama Audrey dikeroyok oleh 12 siswi SMA secara biadab. Mengapa biadab? Karena korban sempat dipukul, dibenturkan dengan aspal, dan sempat beredar kabar sampai (mohon maaf) kemaluan korban bengkak. Timbul pertanyaan yang cukup membuat saya terheran.
1. Apa relasi mereka bertiga belas? Bahkan menurut beberapa cerita, korban tidak sama sekali ikut terlibat dalam permasalahan (dan dikabarkan dia hanya berelasi dengan kakak sepupunya yang mana dialah yang memiliki masalah dengan 12 siswi SMA tadi).
2. Mengapa harus 12 siswi SMA hanya untuk "menghakimi" seorang siswi SMP padahal bisa "menghakimi" hanya dengan seorang siswi? Ini bukan pertanyaan membela, tetapi sebuah plot twist.
3. Hukuman apa yang pantas buat 12 siswi SMA ini? Saya khawatir hukuman untuk 12 siswi SMA ini "tidak sebanding" dengan kelakuannya.

Namun, semua bahasan itu biarkan polisi dan pihak yang bersangkutan saja yang mengurus.

Lalu tulisan ini tujuannya untuk apa?

Seperti judulnya, tulisan ini berkisah tentang kejadian, reaksi, dan solusi. Saya tidak ingin menyimpulkan "netizen Indonesia sangat bodoh". Sekarang kita sama-sama pelajari dan ambil hikmah dari masalah ini.

1. Sifat "manusia" sebagai perusak tidak perlu menunggu kejadian besar datang.
Jika semua manusia taat dan patuh dengan Allah, aku yakin itu bukan manusia. Inilah wujud buas dari manusia: sebagai seorang perusak. Apakah wajar? Itu sifat manusia, tetapi tidaklah wajib (dan diharuskan banget) untuk tidak menganggap hal tersebut sebagai wajar. Jika kita memang bisa mengatasi solusi tersebut dengan musyawarah, mengapa harus dengan kekerasan?
Kedua, bagaimana kematangan berpikir korban dan tersangka? Apakah seperti kita yang sudah lulus sarjana, atau seperti orang-orang yang sudah bekerja, atau seperti orang-orang yang sudah tua? Tidak. Tidak semua orang memiliki kematangan berpikir sejauh kita. Di sinilah kita sebagai orang yang memiliki kematangan berpikir sebagai solusi bagi mereka. Caranya?
Sifat manusia yang asli muncul salah satunya ketika terpaksa. Jika memang ini terjadi, pasti ada sebuah cerita dari sudut pandang salah satu atau kedua belas siswi SMA ini sehingga kejadian ini terjadi. Apa itu? Kita perlu gali lebih dalam hal ini.

2. Balaslah api dengan air
Apakah membunuh seorang pembunuh menyelesaikan masalah? Tidak. Apakah membully seorang pembully menyelesaikan masalah? Tidak. Jika tahu itu tidak menyelesaikan masalah, lantas mengapa dilakukan? Apakah dengan membuat dia viral, dia akan menjadi malu? Tidak. Lantas bagaimana? Balaslah api dengan air. Balaslah sebuah kejadian menyakitkan dengan sebuah solusi untuk meredakan. Lantas seperti apa yang harus kita lakukan?

3. Petisikan dengan Benar!
Ingatkah ketika Ibu Maimun memetisikan iklan Blackpink Desember silam? Menurut saya, petisi ini cukup bodoh. Mengapa? Sudah pernah saya bahas. Pertama, beliau (saya pakai "beliau" untuk menghormati posisi saja) memetisikan iklan tersebut hanya karena pakaian minim yang tidak pantas dilihat anak. Kedua, beliau memetisikan ini hampir menjelang habisnya iklan (iklan tersebut hanya sampai 12 Desember 2018 untuk memeringati suatu hal). Ketiga, beliau mengangkat masalah ini dari keresahan orang lain, bukan keresahan asli beliau; bahkan beliau sendiri tidak memiliki televisi. Keempat, solusi beliau tidak tepat. Dan masih banyak hal yang lain.
Mengapa saya belum ikut menandatangani petisi ini?
(1) saya belum menggali cerita ini lebih dalam
(2) saya belum membaca secara utuh isi petisinya
(3) saya belum mendapatkan validitas petisi ini
Bagaimana solusi saya? Buat teman-teman yang sudah menandatangani petisi, janganlah hanya istilahnya menyebarkan form suruh orang lain tanda tangani! Jelaskan secara singkat 5W + 1 H agar orang awam atau orang yang tidak sempat membaca secara lengkap agar tertarik untuk mengikuti dan menandatangani petisi tersebut.
Istilahnya mengajak orang menandatangani petisi ala marketing.

4. Mengikat Nomor 3: Bertanggung Jawab
Tidak hanya memberikan petisi, tetapi juga sumbangan atau apapun yang berkaitan dengan kepentingan publik. Salah satu hal yang penting dan sering dilupakan adalah bertanggung jawab. Inilah salah satu hal yang sering menjadi kritik buat kita. Misalkan kita meng-cover lagu yang bertujuan untuk mengomersialkan cover lagu tersebut. Apakah kita sudah meminta izin? Apakah kita mencantumkan cover lagu tersebut ke pencipta aslinya? Apakah kita sudah sejauh itu? Sama seperti iklan dan lain-lain. Karya orang berbentuk lagu, gambar, atau apapun haruslah tidak menyangkut atau menjiplak karya orang lain. Jangankan seorang seniman, tetapi juga manusia biasa yang ingin memakai karya orang lain.
Sama seperti hal tersebut, kita harus bertanggung jawab. Apakah petisi tersebut sudah diizinkan oleh orang atau keluarga yang bersangkutan? Apakah ini mencatut organisasi atau lembaga yang terkait? Jika ya, mintalah izin! Tidak hanya itu, sumbangan pun harus memiliki izin dari pemerintah. Jika memang kamu inigin menggalang dana, pastikan kamu dipercaya dan memegang izin. Supaya apa? Supaya kamu bertanggung jawab.
Jadi kita sebagai orang yang awam tidak tertipu dengan apapun yang kalian tulis.
Buat yang bikin petisi, jangan lupa laporkan perkembangannya ya! Itulah maksud dari transparansi.

5. Peraturan yang berlaku dan solusinya
Menurut kalian, hukuman apa yang pantas bagi 12 siswi ini? Damai? Uang? Dipenjara? Kita pikirkan lebih dalam.
Damai? Tidak! Kebencian tidak menyukai bahkan tidak mengenal kedamaian dengan hal yang dibenci. Ini bukan solusi paling akhir untuk menyelesaikannya. Kasus pelecehan seksual di universitas saja masih diprotes karena solusi damai, sekarang kamu mau berdamai dengan penjahat? Justru semakin melanggengkan kejahatan.
Uang? Tidak! Bahkan 12 siswi SMA berketurunan bangsawan yang mampu memberikan lahan kerajaannya pun tidak mampu mengganti perlakuan yang telah mereka lakukan.
Penjara? Tidak! Pertama, kita masih punya hukum khusus di bawah umur. Kedua, penjara bukan merupakan solusi yang mampu menghentikan dia bertindak demikian.

Lantas apa?

6. Berikan solusi seperti air
Jika kita membunuh masa depan 12 siswi SMA ini, apa bedanya kita dengan aktor persekusi? Lalu bagaimana?

Saya berikan solusi, semoga teman-teman yang pernah mengalami atau teman-teman di kepolisian atau pemerintahan bisa membantu membuatkan aturannya atau solusinya.

1. Proses secara hukum
Apapun kejadiannya, jika itu sudah mengancam dirimu atau beberapa orang: laporkan tanpa tunggu lama. Jika ada tindak kekerasan, lakukan visum dari rumah sakit. Ingat! Hukum tidak selalu menyelesaikan masalah secara adil, tetapi dengan hukum keadilan secara manusia dapat ditegakkan. Kira-kira rajam harusnya cukup pantas ya? Mungkin.

2. Jangan langsung damai!
Masalah secara kekeluargaan memang selalu menjadi solusi yang sering terjadi di Indonesia, tetapi apakah bisa dikatakan adil? Tidak juga. Aku rasa jika memang kamu melanggar hukum, kamu harus berurusan dengan hukum. Otherwise, barulah urusan tersebut dimusyawarahkan. Misalkan kamu benci sama seseorang karena dia menyinggung kamu. Selama dia tidak melanggar hukum, mengapa kamu perkarakan secara hukum? Justru yang ada kamu yang kena hukum karena pasal mencemarkan nama baik. Jika memang secara musyawarah bisa menyelesaikan masalah, tidak perlu dibawa ke hukum.
Jadi, jangan langsung damai!
Bagaimana dengan kasus nenek mencuri buah di kebun seseorang? Aku rasa itu terlalu bodoh untuk memproses seorang tua renta secara hukum. Apalagi dia juga belum tentu tahu aturan yang berlaku. Jadi jangan terlalu suka berteriak "hukum terlalu tajam di bawah"! Pahami dulu duduk perkaranya!

3. Jangan Bunuh Masa Depan!
Kalian pernah dengar cerita salah satu tahanan di Norwegia benar-benar memuliakan masa depan seorang napi? Di sana, semua napi bahkan seolah-olah ibarat orang kos. Bahkan mereka dibekali softskill dan hardskill agar bisa sukses di hari biasanya.
Perkara ini adalah tentang 12 siswi SMA. Saya rasa tidak pantas jika mereka dipenjara karena mereka di bawah umur. Namun, saya rasa tidak adil jika mereka diwajibkan berdamai. Solusi saya adalah merehabilitasi dan mendapat psikolog ahli agar dapat menyembuhkan penyakit mereka ini. Umur muda lebih rentan terkena penyakit psikologis, terlebih lagi jika dia tidak belajar atau tidak dikembangkan psikologisnya. Mengapa rehabilitasi? Pastinya mereka akan dikeluarkan dari sekolah. Andai kita biarkan saja dengan dalih balas dendam, seperti tadi kita bicarakan: apa4 bedanya kita dengan orang yang melakukan persekusi? Cukup mereka sekolah di tempat yang khusus sehingga masa depan mereka tetap terjaga. Bolehlah seperti kasus di universitas dengan cara meminta semua perusahaan tidak menerima pelaku untuk bekerja, tetapi janganlah menutup masa depan dia. Berikan dia pelatihan softskill agar dia bisa bertahan hidup. Andaikan dia membuat usaha pun, kita yang tahu background-nya cukup berhati-hati dengan perilakunya; bukan usaha yang ia kerjakan.
Sayangnya kita masih awam dengan hal ini. Biarkan kelakuannya dianggap buruk oleh orang lain, tetapi masa depannya bukan bagian dari kelakuannya saat ini.

4. Nobody is perfect, Just make each other more perfect.
Salah satu kata-kata saya ketika berbicara tentang jodoh atau ngobrolin tentang salah satu mantan gebetan saya adalah
"Saya tidak butuh seseorang yang sempurna. Saya butuh seseorang yang menyempurnakan diriku (dan vice versa)."
Artinya apa? Kita paham bahwa setiap manusia tidaklah sempurna. Tapi, bukan berarti dengan ketidaksempurnaannya, dia menjadi tidak berguna. Kita hanya cukup membuatnya lebih sempurna. Kita tidak mampu mengubah anggota bilangan riil melebihi ketidakterhinggaan. Kita hanya mampu menjumlahkan dia agar lebih tinggi.

5. Berbenah dan Hikmah
Satu kejadian ini saja kita mendapat banyak hikmah. Kerusakan pasti ada selama di situ masih ada manusia. Bagaimana cara menahan ini? Cukuplah menjaga sifat yang tidak diinginkan agar tidak keluar.
Jangan memancing dia mengeluarkan sifat tersebut! Singa menjadi buas karena keadaannya, bisa jadi kita juga sama.
Pasti ada misscommunication sehingga salah satu atau kedua belas siswi SMA ini berniat untuk menyudahi salah satu siswi SMP. Tapi, cara menyudahi mereka bukanlah sesuatu yang diwajarkan meskipun keadaannya seperti itu.
Percuma mengutuk kedua belas siswi SMA ini karena hal tersebut belum tentu membuat mereka terpuruk. Menyanjung seseorang saja belum tentu membuat orang lebih baik.
Berikan hal yang sesuai dengan apa yang dilakukannya: meredam amarah yang mudah meledak, menjaga jarak dengan orang-orang seperti ini (menjaga jarak bukan berarti menjauhi), dan jangan menghancurkan sebagai bentuk balas dendam.
Jangan bunuh masa depannya! Cukup benahi saja perilaku dan psikologisnya! Masa depannya tidak bertanggung jawab atas perilakunya saat ini.
Jangan dilabeli psikopat! Justru melabelinya hanya membuatnya semakin ditakuti dan menambahkan pride-nya.
Jangan hanya menjadi orang yang menambah masalah! Berikanlah solusi dari semua masalah!

Semuanya hanya masalah pola pikir. Mereka melakukan hal ini bukan karena satu sebab. Ada ribuan sebab yang harusnya menjadi warning buat kita.

Jangan sampai mengulangi masalah yang sama hanya dengan berpikir lebih jernih dan solusi yang mengena!

Saya mengucapkan bela sungkawa atas musibah yang menimpa Audrey. Semoga semua yang terjadi merupakan pelajaran bagi kita semuanya, Audrey masih tetap menatap masa depannya, dan kejadian ini tidak perlu terulang kembali.
Hukum harus ditegakkan seadil-adilnya!

-----
Jagakarsa, 10 April 2019
- ditulis oleh aRroTee di aRroTee's Journal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bingung?