Setiap orang memiliki prinsip masing-masing. - Anonim
Salah
satu hal yang paling menarik dari menjadi rakyat adalah mendengarkan cerita
keluh kesah yang dia alami. Jujur, hal ini sangat jarang sekali. Aku memang
sangat suka mendengarkan cerita orang untuk dibagikan kepada orang lain. Aku
masih ingat keluh kesah sopir angkot ketika aku pergi ke Lembang sampai keluh
kesah sopir becak ketika mengantarkanku ke suatu tempat. Ternyata setiap patah
kata dalam cerita adalah sebuah inspirasi untuk Indonesia.
Kali
ini aku bertemu dengan seorang produktif. Lagi-lagi, saya lupa menanyakan nama
beliau. Beliau adalah seorang pekerja yang bisa dibilang cukup berani. Beliau
asli dari Yogyakarta (seingat saya Wates) dan sekarang beliau memiliki rumah di
Bekasi. Alasan beliau memiliki rumah di sini adalah karena dulu beliau bekerja
di Jakarta. Saat ini beliau kerja di Bandung (dan besok Senin beliau balik
kerja di Jakarta kembali). Saya bertemu beliau ketika saya menikmati kereta
sepi penumpang dan beliau ingin duduk di hadapan saya (kebetulan saya naik
kereta ekonomi dan kursi saya berjumlah 3). Mengapa bisa terjadi? Kursi yang
saya duduki dan depan saya tidak ada penumpang sama sekali. Beliau ingin
istirahat setelah bekerja. Alasan beliau naik kereta ini adalah beliau ingin
bertemu istrinya (mungkin sudah punya anak) di Sukoharjo. Awalnya sih kami
hanya mengobrol basa-basi, kemudian beliau langsung akrab dengan saya dan mau
berbagi cerita kepada saya.
Beliau
menceritakan masa kuliahnya. Beliau kuliah di jurusan Teknik di suatu
universitas ternama (takutnya salah tebak) dan lulus tahun 2011. Beliau
bercerita tentang rekan kuliahnya yang menghilang di perkuliahan. Ya pasti kita
tahu beliau bercerita ini karena memang orang-orang ini adalah orang yang patah
semangat. Aku takjub mendengar cerita ini, mengapa? Beliau selalu menceritakan
masa-masa menjadi panitia wisuda dan menceritakan kegiatannya di bangku kuliah.
Ah... ternyata banyak sisi-sisi yang tidak pernah aku ketahui di perkuliahan.
Beliau
merupakan lulusan STM (bukan SMA) dan beliau bercerita jika teman-temannya
merupakan orang nakal. Namun ketika beliau bertemu teman-temannya saat lebaran,
beliau takjub dengan keadaannya sekarang. Orang-orang yang mungkin kita pikir
nggak punya masa depan, ternyata lebih “makmur” dibandingkan beliau. Beliau
mengenal temannya sangat nakal, namun sekarang punya mobil banyak dibandingkan
beliau (fyi, beliau nggak punya mobil). Mengapa bisa? Ternyata teman beliau
memiliki usaha sendiri. Beliau berpandangan bahwa orang pintar (seperti saya
dan beliau) suatu saat akan bekerja kepada orang-orang seperti mereka. Orang
pintar sangat mudah mencari pekerjaan karena syarat rekrutmen awal yang
pastinya memenuhi. Bagaimana dengan teman beliau? Nakal iya, pintar nggak
(menurut beliau), tetapi beliau salut karena keterbatasan ini teman beliau
adalah orang yang nekat (atau bisa dibilang mau mengambil risiko). Setuju?
Garis takdir telah ditulis di sana dan rezeki memang sudah diatur. Balik lagi,
apakah kita mampu mengejar rezeki itu. Aku termasuk salah satu orang yang kagum
dengan beliau karena beliau mau mati-matian mencari rezeki sampai meninggalkan
istrinya di rumah. Beliau tidak dengki dengan temannya, justru beliau bersyukur
dengan keadaannya.
Ada
satu hal yang berkesan ketika beliau mengobrol intens denganku. Beliau
berpendapat bahwa orang kota memiliki jiwa sosial yang tinggi, tidak seperti
yang beliau pernah pikir. Salah satu contohnya adalah memberikan kursi kepada
ibu-ibu yang membawa anak.
“Sebenarnya mereka memiliki jiwa sosial yang tinggi,”
pungkasnya.
“Mas,
kira-kira di Jawa Tengah panas nggak?”
“Wah
kurang tahu sih, mas. Saya jarang mengikuti.”
Kemudian
beliau bercerita tentang politik di Jawa. Jika kalian penasaran bagaimana
politik di Jawa, kalian bisa melihat kisah kerajaan Singosari sampai runtuhnya
kerajaan Mataram Islam. Namun, itu cerita masa lampau. Sekarang sudah bukan
zamannya lagi bercerita tentang itu.
Stasiun Solo Balapan - Drop Zone dan Parkir Mobil |
Ada
dua bagian yang paling aku suka dari pembicaraan kami: pernikahan dan
kehidupan.
“Mas,
ternyata punya apapun tidak menjamin kelanggengan hubungan.”
Aku
teringat kata-kata temanku, “aku pengen nikah muda biar sama-sama ngerti
berjuang bareng.” Awalnya aku punya prinsip ini juga, sampai suatu saat aku
bertemu dengan dia yang mengubah segala kerangka pikiranku. Hal yang paling aku
takutkan sampai sekarang adalah menghinakan cinta yang Allah berikan. Salah
satu cara menghinakan cinta itu adalah perceraian. Beliau bercerita bahwa
banyak teman seumurannya telah janda dan duda.
“Masnya
bayangin aja jam 12 malam ada tamu temen mas bawa anaknya, kira-kira mas
mikirnya apa?”
Benar
katanya, harta dan cinta saja tidak cukup. Di titik inilah aku mulai mencoba
memahami segala kefanaan dunia ini. Bagaimana cara agar aku tetap nyaman dengan
pilihanku? Obrolan ini membuatku lebih membuka mata.
“Mas,
aku lebih suka mati tetapi nggak ninggalin hutang ke keluarga saya.”
Kali
ini aku selalu me-retweet kata-katanya. Salah satu prinsip hidupku
akhirnya ada yang menyetujuinya. Aku tidak ingin meninggalkan hutang ke istriku
atau keluargaku suatu saat nanti. Jika uangku cukup membeli hal itu, aku siap
membelinya.
“Temen
saya ada yang beli cluster, tetapi barusan banget dia meninggal, mas.
Keluarganya gimana ya nantinya? Makanya aku tuh nggak pernah pengen beli barang
dengan nyicil. Kalo aku punya uang, ya aku beli barangnya. Kalo nggak, yaudah
nggak beli.”
Perpisahan
kami ada di stasiun Purwosari. Bagiku, percakapan ini membuatku semakin terbuka
tentang dunia ini. Banyak pelajaran dan pengetahuan yang aku pelajari selama
perjalanan Bandung – Solo kali ini. Inilah salah satu alasan aku suka mengobrol
dengan orang-orang yang mau berbagi cerita kepadaku. Beberapa hal yang dapat
aku simpulkan adalah:
- Menikah nggak cuman sekadar punya apa-apa, tetapi
harus siap menerima cobaan apa-apa.
- Jangan pernah meninggalkan hutang.
- Prinsip orang boleh saja berbeda, tetapi tidak
selamanya prinsip kita selalu benar.
Buatku,
dunia ini sudah memperlihatkan bahwa selama ini yang kita anggap benar...
ternyata belum tentu benar. Kita punya prinsip masing-masing dan orang yang
paling hebat adalah menghargai prinsip orang lain. Hal inilah yang tersulit
karena kita belum tentu nyaman dengan prinsip orang lain. Dan di dunia inilah
kita akan belajar bahwa segala ilmu yang kita punya ini nantinya akan
dipertanggungjawabkan, yaitu bagaimana kita memanfaatkan ilmu ini.
Semoga
menginspirasi buat kita semuanya...
Surakarta,
27 Juni 2018
#OurStruggle
#SupportInitiator
NB:
saya nggak sempet foto sama beliau dan menanyakan nama beliau. Semoga saja
Allah mempertemukan kami kembali di kota Solo. Saya kirimkan foto tiket
keberangkatan kereta saya ketika bertemu beliau.
Kereta pertama pertemuan kami |